coachingplus™ adalah
penyelenggara coaching dan public training yang berkaitan dengan
pengembangan hard dan soft competencies. Topik pelatihan
untuk umum yang akan diselenggarakan oleh coachingplus™ antara lain di bawah
ini:
|
|
Managing Self Image to
Others
“Kesan pertama begitu menggoda..
selanjutnya terserah anda.....". Begitu sepenggal dialog dari sebuah iklan
lawas dari sebuah produk body spray di televisi yang pernah
populer beberapa waktu silam.
Sebagai makhluk sosial, kita tentu memiliki
concern dengan kesan atau image yang kita tampilkan ke
orang lain. Akibatnya, kita akan berusaha mengontrol sikap dan tingkah
laku kita dan berusaha agar orang lain menilai atau memiliki suatu
image tertentu tentang diri kita sesuai dengan image yang kita
inginkan. Lalu persepsi akan image tersebut akan mempengaruhi sikap dan
tingkah laku orang lain terhadap diri kita.
Kontrol terhadap image diri ini
dapat dianalogikan seperti aktor yang sedang bermain peran. Ketika bermain
peran, aktor akan berusaha untuk menampilkan image tertentu
sesuai dengan tokoh perannya. Aktor tersebut akan menampilkan satu set
tingkah laku verbal dan non-verbal agar sesuai dengan
image yang diinginkan. Jika aktor tersebut berhasil menampilkan
image tersebut, berarti ia berhasil memainkan perannya. Aktor
yang berhasil memainkan perannya berarti aktor yang sukses.
Sebagai contoh dalam kehidupan nyata,
misalkan anda adalah seorang karyawan baru yang akan menghadap ke bos
anda. Pada saat bertemu, anda tentu akan mengatur sikap dan tingkah laku
anda agar mendapat kesan yang baik dari bos anda. Bila bos anda punya
kesan yang baik tentang anda, tentu akan lebih mudah bagi anda bila anda
memiliki aspirasi atau keinginan tertentu di masa depan yang memerlukan
support dari bos anda.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa hal
seperti ini sebagai sesuatu yang bersifat manipulatif. Pengaturan
image diri adalah sebuah taktik yang bertentangan dengan nilai
“Be Yourself”. Pengaturan image diri tidak sejalan dengan
kejujuran tentang siapa diri kita apa adanya, tentang perasaan dan
keyakinan kita yang sebenarnya.
Namun demikian, judgement
seperti ini sebenarnya kurang pas karena aspek-aspek kepribadian yang
menjadi identitas diri kita sesungguhnya amatlah luas. Value, trait,
motive, attitude, -termasuk kompetensi yang kita miliki-
adalah sebagian kategori yang menerangkan siapa diri kita di mana orang
lain perlu waktu cukup panjang untuk mengenali semua itu. Akibatnya tidak
jarang orang salah menilai tentang diri kita. Belum lagi jika secara
internal kita ada gangguan masalah pribadi sehingga kita tidak dapat
‘perform’ sebagaimana yang semestinya. Oleh karena itu penting
untuk dapat memilih dan menampilkan aspek-aspek apa saja dari diri kita
dari satu situasi ke situasi yang lain sesuai dengan tujuannya.
Aspek-aspek yang kita pilih ini tentu saja tetap merupakan identitas kita
yang sesungguhnya.
Sebagai contoh, bila anda adalah seorang pelamar
yang sedang diwawancarai, tentu anda akan menampilkan sikap, perilaku dan
kompetensi yang sesuai dengan posisi yang anda lamar. Anda akan menutupi
misalnya masalah yang sedang terjadi di rumah dengan orang tua atau
pasangan anda. Anda tentu ingin pewawancara menilai kompetensi anda sesuai
dengan pekerjaan yang dilamar, bukan dinilai atau terkesan sebagai orang
yang bermasalah. Pada umumnya image yang kita coba tampilkan
ini bertujuan untuk hal yang ‘positif’ seperti contoh pelamar di atas.
Namun demikian ada ’tujuan-tujuan’ lain yang bisa dicapai ketika kita
mengatur sikap dan tingkah laku kita, yaitu : 1. Untuk Mengambil Hati
Di sini kita berusaha untuk mempengaruhi orang tertentu agar tertarik
kepada kualitas personal yang kita miliki sehinggga kita disukai.
Misalnya, kita bersikap ramah ketika masuk ke pergaulan baru sehingga kita
diterima dengan baik. 2. Untuk Intimidasi Kita berusaha menimbulkan
rasa takut pada orang tertentu dengan cara mengesankan diri sebagai orang
yang berbahaya. Misalnya, kita menampilkan perilaku yang agresif ketika
memberi penataran pada mahasiswa baru atau ketika sedang menagih
hutang. 3. Untuk Promosi Bertujuan untuk dinilai kompeten dalam
kualitas-kualitas yang kita miliki seperti dalam hal kecerdasan atau bakat
tertentu. Misalnya, kita menceritakan prestasi perusahaan ketika sedang
bertemu calon klien. 4. Untuk Memberi Teladan Kita berusaha agar
dipersepsi sebagai orang yang memiliki integritas dan bermoral tinggi yang
seringkali dapat menimbulkan rasa bersalah pada orang yang diberi contoh.
Misalnya, kita membaca Al-Quran pada siang hari di bulan puasa dengan
volume suara yang cukup sehingga akan terdengar oleh sekumpulan kolega
kita yang sedang asyik main kartu. 5. Untuk Menimbulkan Rasa Kasihan /
Simpati Kita menampilkan kelemahan-kelemahan dan ketergantungan pada
orang lain untuk mendapat simpati. Misalnya, kita menceritakan kesulitan
biaya rumah tangga kepada atasan kita di kantor agar mendapat
pinjaman.
Dari setidaknya 5 contoh tujuan di atas,
kita dapat merancang strategi-strategi tertentu ketika berhadapan dengan
orang lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kita dapat mengatur
dan memilih sikap dan tingkah laku yang kita tampilkan dalam menghadapi
persoalan sehari-hari di pekerjaan.
Untuk mendukung keberhasilan strategi sikap
dan perilaku di atas, setidaknya ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu
knowledge, body language dan keterampilan berbahasa
lisan. 1. Knowledge Maksudnya kita harus memiliki wawasan tentang
apa yang sedang menjadi isu ketika berhadapan dengan orang lain. Misalnya
untuk tujuan ‘mengambil hati’, kita baru akan mampu merespon apa yang
sedang dibicarakan orang lain dalam sebuah pergaulan baru bila kita
memiliki wawasan yang cukup tentang apa yang sedang menjadi topik
pembicaraan. 2. Body language Body language atau ekspresi
tubuh yang sesuai diperlukan untuk meyakinkan apa yang sedang kita
sampaikan atau ketika mendengarkan apa yang sedang dikatakan orang lain.
Misalnya, untuk tujuan ‘belas kasihan’, kita tidak mungkin menyampaikan
kesulitan rumah tangga kita dengan mimik yang riang.
3. Keterampilan berbahasa
lisan Yaitu kalimat yang tepat yang perlu digunakan pada setiap tujuan.
Bila kita keliru menggunakan kalimat, orang lain dapat menyalahartikan apa
yang kita sampaikan atau menimbulkan kesan yang tidak kita inginkan.
Penting untuk dapat menyampaikan suatu pesan dengan bahasa yang
baik. |