[Date Prev][Date Next] [Thread Prev][Thread Next] [Date Index] [Thread Index]

Free Article: Managing Self Image to Others



Title: Article230808
CoachingPlus Newsletter, Volume #7, Agustus 2008
http://www.coachingplus.co.id/article230808.html
Yang terhormat Ibu Debian   Our Free Article Today:

coachingplus adalah penyelenggara coaching dan public training yang berkaitan dengan pengembangan hard dan soft competencies. Topik pelatihan untuk umum yang akan diselenggarakan oleh coachingplus antara lain di bawah ini:

 

 

Managing Self Image to Others

“Kesan pertama begitu menggoda.. selanjutnya terserah anda.....". Begitu sepenggal dialog dari sebuah iklan lawas dari sebuah produk body spray di televisi yang pernah populer beberapa waktu silam.

Sebagai makhluk sosial, kita tentu memiliki concern dengan kesan atau image yang kita tampilkan ke orang lain. Akibatnya, kita akan berusaha mengontrol sikap dan tingkah laku kita dan berusaha agar orang lain menilai atau memiliki suatu image tertentu tentang diri kita sesuai dengan image yang kita inginkan. Lalu persepsi akan image tersebut akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain terhadap diri kita.

Kontrol terhadap image diri ini dapat dianalogikan seperti aktor yang sedang bermain peran. Ketika bermain peran, aktor akan berusaha untuk menampilkan image tertentu sesuai dengan tokoh perannya. Aktor tersebut akan menampilkan satu set tingkah laku verbal dan non-verbal agar sesuai dengan image yang diinginkan. Jika aktor tersebut berhasil menampilkan image tersebut, berarti ia berhasil memainkan perannya. Aktor yang berhasil memainkan perannya berarti aktor yang sukses.

Sebagai contoh dalam kehidupan nyata, misalkan anda adalah seorang karyawan baru yang akan menghadap ke bos anda. Pada saat bertemu, anda tentu akan mengatur sikap dan tingkah laku anda agar mendapat kesan yang baik dari bos anda. Bila bos anda punya kesan yang baik tentang anda, tentu akan lebih mudah bagi anda bila anda memiliki aspirasi atau keinginan tertentu di masa depan yang memerlukan support dari bos anda.

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa hal seperti ini sebagai sesuatu yang bersifat manipulatif. Pengaturan image diri adalah sebuah taktik yang bertentangan dengan nilai “Be Yourself”. Pengaturan image diri tidak sejalan dengan kejujuran tentang siapa diri kita apa adanya, tentang perasaan dan keyakinan kita yang sebenarnya.

Namun demikian, judgement seperti ini sebenarnya kurang pas karena aspek-aspek kepribadian yang menjadi identitas diri kita sesungguhnya amatlah luas. Value, trait, motive, attitude, -termasuk kompetensi yang kita miliki- adalah sebagian kategori yang menerangkan siapa diri kita di mana orang lain perlu waktu cukup panjang untuk mengenali semua itu. Akibatnya tidak jarang orang salah menilai tentang diri kita. Belum lagi jika secara internal kita ada gangguan masalah pribadi sehingga kita tidak dapat ‘perform’ sebagaimana yang semestinya. Oleh karena itu penting untuk dapat memilih dan menampilkan aspek-aspek apa saja dari diri kita dari satu situasi ke situasi yang lain sesuai dengan tujuannya. Aspek-aspek yang kita pilih ini tentu saja tetap merupakan identitas kita yang sesungguhnya.

Sebagai contoh, bila anda adalah seorang pelamar yang sedang diwawancarai, tentu anda akan menampilkan sikap, perilaku dan kompetensi yang sesuai dengan posisi yang anda lamar. Anda akan menutupi misalnya masalah yang sedang terjadi di rumah dengan orang tua atau pasangan anda. Anda tentu ingin pewawancara menilai kompetensi anda sesuai dengan pekerjaan yang dilamar, bukan dinilai atau terkesan sebagai orang yang bermasalah.
Pada umumnya image yang kita coba tampilkan ini bertujuan untuk hal yang ‘positif’ seperti contoh pelamar di atas. Namun demikian ada ’tujuan-tujuan’ lain yang bisa dicapai ketika kita mengatur sikap dan tingkah laku kita, yaitu :
1. Untuk Mengambil Hati
Di sini kita berusaha untuk mempengaruhi orang tertentu agar tertarik kepada kualitas personal yang kita miliki sehinggga kita disukai. Misalnya, kita bersikap ramah ketika masuk ke pergaulan baru sehingga kita diterima dengan baik.
2. Untuk Intimidasi
Kita berusaha menimbulkan rasa takut pada orang tertentu dengan cara mengesankan diri sebagai orang yang berbahaya. Misalnya, kita menampilkan perilaku yang agresif ketika memberi penataran pada mahasiswa baru atau ketika sedang menagih hutang.
3. Untuk Promosi
Bertujuan untuk dinilai kompeten dalam kualitas-kualitas yang kita miliki seperti dalam hal kecerdasan atau bakat tertentu. Misalnya, kita menceritakan prestasi perusahaan ketika sedang bertemu calon klien.
4. Untuk Memberi Teladan
Kita berusaha agar dipersepsi sebagai orang yang memiliki integritas dan bermoral tinggi yang seringkali dapat menimbulkan rasa bersalah pada orang yang diberi contoh. Misalnya, kita membaca Al-Quran pada siang hari di bulan puasa dengan volume suara yang cukup sehingga akan terdengar oleh sekumpulan kolega kita yang sedang asyik main kartu.
5. Untuk Menimbulkan Rasa Kasihan / Simpati
Kita menampilkan kelemahan-kelemahan dan ketergantungan pada orang lain untuk mendapat simpati. Misalnya, kita menceritakan kesulitan biaya rumah tangga kepada atasan kita di kantor agar mendapat pinjaman.

Dari setidaknya 5 contoh tujuan di atas, kita dapat merancang strategi-strategi tertentu ketika berhadapan dengan orang lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kita dapat mengatur dan memilih sikap dan tingkah laku yang kita tampilkan dalam menghadapi persoalan sehari-hari di pekerjaan.

Untuk mendukung keberhasilan strategi sikap dan perilaku di atas, setidaknya ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu knowledge, body language dan keterampilan berbahasa lisan.
1. Knowledge
Maksudnya kita harus memiliki wawasan tentang apa yang sedang menjadi isu ketika berhadapan dengan orang lain. Misalnya untuk tujuan ‘mengambil hati’, kita baru akan mampu merespon apa yang sedang dibicarakan orang lain dalam sebuah pergaulan baru bila kita memiliki wawasan yang cukup tentang apa yang sedang menjadi topik pembicaraan.
2. Body language
Body language atau ekspresi tubuh yang sesuai diperlukan untuk meyakinkan apa yang sedang kita sampaikan atau ketika mendengarkan apa yang sedang dikatakan orang lain. Misalnya, untuk tujuan ‘belas kasihan’, kita tidak mungkin menyampaikan kesulitan rumah tangga kita dengan mimik yang riang.        
3. Keterampilan berbahasa lisan
Yaitu kalimat yang tepat yang perlu digunakan pada setiap tujuan. Bila kita keliru menggunakan kalimat, orang lain dapat menyalahartikan apa yang kita sampaikan atau menimbulkan kesan yang tidak kita inginkan. Penting untuk dapat menyampaikan suatu pesan dengan bahasa yang baik.

interview  
asesmen  
pap
Untuk informasi dan pendaftaran dapat menghubungi:
Agus (021-856 1772) atau
agus@coachingplus.co.id
 
coaching
 
 
 

Bila Ibu Debian tidak berkenan menerima e-mail informasi program/seminar dari kami, mohon kemurahan hati untuk :

  • Me-reply e-mail ini dengan mencantumkan ’unsubscribe’ pada bagian kolom subyek e-mail sehingga tidak lagi menerima informasi ini di kemudian hari.
  • Namun bila ingin mendaftar/mengganti alamat e-mail baru atau merekomendasikan alamat e-mail yang lain mohon me-reply dengan mencantumkan alamat e-mail baru tersebut pada halaman/body e-mail.
www.coachingplus.co.id   Office: IS Plaza Lt.8 R.808, Jl Pramuka Raya Kav.151, Jakarta 13120, Indonesia

Reply to: